Suaranesia – Jumlah penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi terus meningkat signifikan terutama dalam beberapa tahun belakang. Hal ini tidak lepas dari munculnya berbagai beasiswa penuh dari pemerintah.
Sayangnya, meski sudah mendapatkan kucuran dana APBN yang tidak sedikit tapi pendidikan tinggi di Indonesia masih termasuk “barang mewah” dan belum bisa dinikmati semua kalangan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Dilansir Kompas.com, menurut Kemendikbud Ristek sendiri biaya perguruan tinggi di Indonesia sebenarnya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan biaya perguruan tinggi di berbagai negara maju.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Biaya kuliah di Indonesia rata-rata hanya mencapai Rp 28 juta atau sekitar US$2.000 per mahasiswa. Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya seperti India yang terkenal dengan bidang pendidikannya sebenarnya biaya tersebut masih lebih rendah.
Sedangkan jika dibandingkan dengan Malaysia, biaya kuliah di negara tersebut mencapai Rp 109 juta atau sekitar US$7.000 per mahasiswa. Di Jepang sekitar US$8.000 dan Hong Kong sekitar US$ 12.000 per mahasiswa.
Jika dihitung-hitung, biaya pendidikan di tanah air hanya sekitar 75% dari biaya pendidikan tinggi di India. Namun, kenapa negara tersebut justru lebih sukses dalam mencetak banyak sarjana?
Meski sama-sama negara berkembang namun tidak bisa dipungkiri jika pendidikan di India khususnya pendidikan tinggi jauh lebih merata dan terjangkau dibandingkan dengan di tanah air. Bahkan, lulusan universitas lokal di sana banyak dilirik oleh berbagai perusahaan raksasa global.
Salah satunya adalah CEO Google, Sundar Pichai yang merupakan lulusan salah satu universitas bergengsi di India. Selain itu, saat ini mulai banyak CEO perusahaan teknologi raksasa yang memiliki CEO dari India.
Berbagai kalangan menyebutkan jika mahalnya biaya pendidikan tinggi di Indonesia disebabkan karena merupakan tingkat pendidikan terakhir sebelum mahasiswa terjun ke dunia kerja. Dengan kata lain, menyiapkan SDM yang lebih berkualitas untuk dunia kerja.
Oleh karena itu, dibutuhkan sarana dan prasarana yang lebih memadai dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Peningkatan infrastruktur pendidikan tinggi seperti penambahan universitas, pembukaan prodi baru dan sebagainya tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Ditambah dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit guna memastikan kompetensi para sarjana dan lulusan pendidikan tinggi di Indonesia sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja.