Suaranesia.com, Aceh Timur – Kisah memprihatinkan yang dialami oleh Rasyidi, Pria yang berasal dari Desa Seuneubok Tengoeh, Dusun Selamat, Kecamatan Idi Timur, Kabupaten Aceh Timur, tinggal bersama istrinya Badriah serta Dua Belas anaknya yang harus mengalami hidup yang sulit karena selama 19 Tahun hidup tanpa Listrik dan Air Bersih.
Sudah belasan tahun mereka tinggal di rumah yang hanya berukuran 3×4 Meter serta lokasi Rumah yang sulit dijangkau jarak antara tempat tinggal Rasyidi dengan Jalan raya juga lumayan jauh, rumah Rasyidi yang berada di atas perbukitan membuatnya sulit dijangkau untuk mendapatkan aliran listrik.
Untuk sampai ke kediaman Rasyidi, harus melawati jalan yang mendaki. Maklum saja, ia membangun rumahnya tepat di bawah bukit, karena hanya sebidang tanah di puncak itulah yang menjadi lokasi miliknya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Rasyidi melalui istrinya Badriah mengatakan, keluarganya sudah 19 Tahun hidup dengan kondisi seperti ini selama ini mereka hanya menggunakan mesin genset berbahan bakar minyak Pertalen atau Pertamax sebagai alat penerangan ketika malam tiba. Sementara untuk kebutuhan air, Ia kerap mengambil dari sumur warga.
“Kalau untuk air, saya biasa turun ke sumur di bawah untuk ambil, kemudian dibawa naik ke rumah, biasa juga ke sungai yang di bawah.
Masih lanjutnya Badriah saat ia menerima bantuan berupa PKH ujarnya kepada media.
Badriah juga mengatakan bahwa suaminya Rasyidi juga mengalami kesulitan pendengaran, suami saya bekerja sebagai Penderes getah karet.
Lanjutnya Badriah, Menjelang malam terkadang menyalakan lampu yang mengunakan minyak tanah dan lilin sebagai penerangan.
Pernah suatu hari ada Oknum dari pihak PLN menawarkan jika ingin memasang Listrik akan di kenakan biaya Rp. 7.000.000,00 ( Tujuh Juta ) di karena harus pasang kabel dengan jarak yang jauh dari Puskesmas Idi Timur ke rumah kami, karena tidak ada dana maka kami urungkan niat untuk memasang Listrik. ujar Badriah Ibu dari 12 anak
Selama 19 tahun Rasyidi dan Badriah hidup bersama, dirinya dikaruniai tiga belas anak, namun anak Pertama meninggal dunia karena sakit sehingga kini yang tersisa Dua Belas Anak, dan yang kedua sudah menikah serta yang nomor tiga merantau sedangkan yang lain masih kecil-kecil.
“Harapan kami semoga pihak-pihak atau instansi terkait dapat membantu sehingga adanya penerangan listrik dan juga sumur bor”. pungkas Badriah.
Sementara Kepala Desa Seuneubok Tengoeh Rasyidin saat di konfirmasi media mengatakan benar bahwa rumah dan rempat tingal pasangan suami istri tersebut tidak ada aliran listrik masuk.
Kepala Desa juga menambahkan bahwa kurangnya penerangan Listrik pada Desanya, “saya berharap kepada Pemerintah Daerah untuk dapat membantu penerangan Listrik di Desanya. pungkas Rasyidin Kades Seuneubok Tengoeh.(zainal abidin)